Boja Dalam Sejarah Nasional
Tanah jawa selalu saja di identikka dengan banryaknya misteri yang menyelimuti,bahkan belum terkuak sampai saat ini, pun demikian sejarah perjuangan yang menaunginya, senantiasa penuh dengan cerita kepahlawanan yang penuh semangat campur kegetiran nan kepedihan, bagaimana tidak, dengan persenjataan seadanya kita mampu menaklukan berbagai intimidasi dari para penjajah yang tak tau diri. Memukul mundur hingga Nederland- nederland lari tungganglanggang moratmarit tak karuan.
Begitupun suatu kisah yang akan kami paparkan dibawah ini, tentu saja tidak kalah heroik, tanpa drama kepengecutan hanya ada tutur keberanian dan kegigihan yang pantang dilupakan.
Suatu daerah kecil yang terletak pada
7 0 02' 58" Lintang Selatan dan 1090 15' 08" Bujur Timur dengan ketinggian tanah +/- 350-500 MDPL ini , menyimpan kenangan yang tak banyak yang tahu pasti, daerah yang tepatnya terletak di kabupaten Kendal, Provinsi Jawa Tengah yang termasuk salah satu dari 20 kecamatan di kab. Kendal ini dikenal dengan nama Boja atau kecamatan Boja. Disini kita bisa menemukan berbagai destinasi wisata alam yang tak kalah panoramanya dengan daerah lain di Indonesia.
Bagi para traveller bisa merilekskan badan di pemandian air panas, Nglimut, dan lain sebagainya.
Namun bagaimana sejarah perjuangan para pahlawan dari Boja ini tidaklah banyak yang mengetahuinya, namun kami berhasil menuliskan sepenggal kisah perjuangan masyarakat Boja dalam mempertahankan identitasnya.
Belanda Menerobos Benteng Pertahanan
30 Juli 1947, Boja dikuasai oleh Pasukan Belanda. Satu hari sebelumnya Pasukan Belanda sudah menguasai Kota Kendal. Boja diserang dari dua arah, yaitu dari arah Kaliwungu (Kendal) dan Semarang.
Tokoh-tokoh Perjuangan di Boja : Alm. Prapto, Alm. Wiryono, Alm. Jayadi, Suyatman dan dipimpin oleh Letkol Iskandar Edris selaku Komandan Markas Medan Barat melakukan musyawarah mengenai keamanan bersama di rumah Ong Kee Kan (sekarang Kantor Polsek Boja). Tiba-tiba ada lapaoran dari PHB (Dinas Perhubungan TNI) bahwa Tentara Belanda sudah sampai Jrakah (Semarang) akan menuju Boja, pertahanan Ngaliyan Kec. Tugu sudah mundur sampai ke Mijen.
Pada pukul 15.00 Para pemuda Boja yang terdiri dari TKR, Badan-badan Kelaskaran, dan Kepala Desa berserat rakyat berkumpul di Halaman Kawedanan Boja. Dengan membawa segala macam senjata, seperti bambu runcing, pedagang, keris, kapak, gergaji, dan lain-lain.
Bapak Prapto selaku KDM dan Bapak Wiryono selaku kepala Laskar Rakyat berpidato untuk membakar semangat, dengan judul pidato "SITUASI GENTING ANGKATLAH BAMBU RUNCING".
Strategi Pertahanan
Dibentuk dua kelompok.
Kelompok 1 yang dipimpin oleh Bapak Jayadi yang terdiri dari anggota berusia tua
Kelompok 2 yang dipimpin oleh Bapak Suyatman yang terdiri dari anggota Pemuda.
Kemudian dilaksanakan serangan dan blok kade(Rintangan) untuk menghambat pergerakan Tentara Belanda menuju Boja. Pohon-pohon dipingir jalan ditebang, menutup jalan dengan batu, dan sabotase Jembatan untuk menghambat pergerakan Tentara Belanda. Tercatat ada 3 Jembatan yang dipasang Bom.
Dari 3 Bom yang dipasang 1 Bom yang berhasil meledak yaitu Jembatan Njamban(Sungai Blorong), sedang kan 2 Bom yang lain gagal meledak. Yaitu Jembatan di Singorojo (diduga Rojowinangun), dan Jembatan Darupono. Terjadi pula strategi Bumi Hangus, bangunan yang dianggap penting dibakar agar tidak digunakan oleh musuh. Karena keterbatasan persenjataan semua pertahanan Boja terdesak dan Mundur ke arah Singorojo, Tempuran, Bejen, Candiroto, dan Markas Medan Barat di Magelang. Sedangkan Pasukan pimpinan Bapak Nirboyo Sudarsono dan dan Laskar Rakyat yang dipimpin oleh Bapak Bakri bertahan di Ds Kaliputih, Kec Singorojo.
Pada Tahun 1949 para Gerilyawan melakukan serangan balik terhadap Tentara Belanda yang berada di Boja. Peristiwa tersebut terkenal dengan peristiwa "SELASA KLIWON".
Terdiri dari Sdr. Witomo, Bakri, Kaswadi Lurah Purwogondo, Pasukan Kuda Putih yang dipimpin Kapten Bagiyo , dan didukung pula dari berbagai badan Kelaskaran.
Penyerbuan dadakan markas Tentara Belanda dan Polisi Belanda hingga tunggang langgang mundur ke arah Semarang dan Kaliwungu. Selama 4 Jam Gerilyawan berhasil menguasai Boja (02.00 hingga 06.00).
Kemenangan Gemilang diraih.
Untuk menghormati para jasa pahlawa maka dibangun lah Monumen.
Pada tahun 1978 berdasarkan Surat Keputusan Bupati Kepala Daerah Tingkat II Kendal No. 05/PUOD/1973 tanggal 17 Maret 1973 dan disempurnakan dengan Surat No.042/Hukum/G/1974 tanggal 1 Agustus 1974 dibuat lah Monumen Perjuangan berupa Patung yang menggambarkan seorang Laskar Rakyat yang terletak di Kawedanan Boja.
Sumber: Bapak Soewandi (Veteran /Pelaku Sejarah) dan Bapak Witomo (Ex Anggota TKR, Bat Kuda Putih)
No comments:
Post a Comment